Thursday, May 29, 2014

Random

Pikiran bercabang, otak dipenuhi sejuta kenangan masa lalu. Ya, masa itu sungguh indah, masa kanak-kanak. Masa dimana yang kau pikirkan hanya sekolah, belajar, PR, mengaji, makan, minum, sholat, tidur, bermain. Tak ada pikiran-pikiran berat yang menghantui. Masa dimana kau sepulang sekolah bisa langsung menyantap makan siang. Masa dimana kau bisa tertawa riang bermain bersama teman-teman. Masa dimana lucunya ketika dimarahi karena malas mengaji. Ah... sayang, masa itu sudah berlalu... Masa itu sudah lewat, sudah jauh... Dan tentu tak akan pernah lagi kau kembali ke masa itu, masa kanak-kanak.

Terkadang, saya ingin kembali ke masa kanak-kanak. Bukan karena menolak Sunatullah menjadi dewasa, tapi ada hal lain. Ya, akhir-akhir ini pikiran saya sering dihantui kenangan masa kanak-kanak, hati serasa ada yang mengganjal. Sungguh menyenangkan masa kanak-kanak itu. Lalu, kenapa anak kecil selalu ingin cepat menjadi dewasa? Baiklah, saya akui, dulu ketika saya masih kecil, saya selalu ingin cepat menjadi dewasa, karena menurut saya (dan tentunya sebagian besar anggapan anak kecil) orang dewasa itu cerdas, berwibawa, tidak perlu dimarahi karena tidak mengerjakan PR, tidak perlu dimarahi karena malas mengaji, tidak perlu dimarahi kalau malas makan. Haha, pikiran standar anak kecil. 

Masa kecil saya amatlah sederhana. Tidak dipenuhi gemerlap kemewahan dan fasilitas yang oke punya. Saya berangkat sekolah saat SD naik becak, saat SMP saya sudah berani ke sekolah naik angkot, SMA juga kemana-mana naik angkot, tidak hanya pergi ke sekolah. Saat SD, saya jarang diberi uang jajan, karena dibawakan bekal, SMP uang jajan saya Rp 5.000/hari (sudah termasuk ongkos 2x naik angkot Rp 2.000) tetapi masih bisa menabung Rp 1.000 (walaupun tidak setiap hari), SMA mulai meningkat jadi Rp 10.000/hari (sudah termasuk ongkos 4x naik angkot Rp 4.000) tetapi sudah tidak bisa menabung hehe. Lalu masalah jajan, saya cukup jajanan sederhana yang mengenyangkan, bersih, dan pas di kantong dan yang terpenting makan bersama teman-teman sambil tertawa riang.

Sungguh, saya merindukan masa-masa itu. Masa-masa penuh kesederhanaan yang tak bisa lagi saya rasakan setelah kuliah di sini. Ya, saya tahu anggapan orang-orang bahwa mahasiswa kedokteran (apalagi di kota besar dan kampus terkenal seperti ini) itu penuh dengan "hedonisme", baik dari segi fashion, kendaraan mewah, teman-teman yang populer dan borjuis, tempat makan kelas atas, tempat nongkrong oke punya, dan sebagainya. Memang tak bisa dipungkiri, saya pun merasa seakan terjebak dalam dunia yang "ini benar-benar bukan saya". Mau tak mau, suka tidak suka, begitulah kehidupan di sini. Memang ada sebagian yang tidak ber-hedon-ria. Masih banyak yang penuh dengan kesederhanaan, apa adanya, asyik-asyik aja. 

Dan tentunya, saya berterima kasih kepada teman-teman saya, yang dari awal semester 1 sudah berteman dengan Sarah yang sederhana ini. Maaf kalau Sarah sering membuat kesal, jengkel, sering merepotkan :') Semoga kita tidak hanya menjadi saudari di dunia, tapi di Surga-Nya kelak ya. Aamiin Yaa Robbal Alamiin.

2 comments:

anggi siany said...

Aamiin...
Sarah, aku juga sama kok. Mahasiswa yang benar-benar berkantong mahasiswa. Hidup mahasiswa!

Unknown said...

Wahaha jadi maluu :3
Yuhuuu hidup mahasiswa! :D

 

Warna-Warni Kehidupan Copyright © 2009 Paper Girl is Designed by Ways To Make Money Online | Surviving Infidelity by Blogger Templates