Wednesday, August 20, 2014

Petikan Novel "Berjalan di Atas Cahaya"

"Dan Allah menjadikan untukmu cahaya yang dengan cahaya itu kamu dapat berjalan, dan Dia mengampuni kamu, dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang."
(Q.S. Al Hadid: 28)


Inilah ayat Al-qur'an yang menuntut kita mencari ilmu dengan segala panca indera yang kita miliki. Sebuah tuntutan melakukan perjalanan ilmu dari siapa pun yang kita temui, apa pun yang kita jumpai. Karena setiap apa yang kita lihat, dengar, dan rasa, adalah cahaya dari-Nya.
Dan, hakikat dari sebuah perjalanan adalah taaruf. Saling mengenal antarmanusia. Bahwa kita bersaudara meski terhadang letak geografis, ruang, dan waktu. Meskipun kita terparuh-paruh dalam berbagai bangsa, bahasa, dan warna kulit, terpisahkan samudra, gunung, gurun, dan hutan belantara, perasaan sebagai sesama saudara Muslim tetap melekat. Kita satu keluarga.
Saya suka petikan dari novel "Berjalan di Atas Cahaya" karya Hanum Salsabiela Rais, dkk. Dalam buku ini, Hanum sukses membawa  pembaca untuk 'berwisata hati dan pikiran' keliling Eropa. Buku ini tak sekedar menceritakan jalan-jalan di Eropa, lebih dari itu, Hanum membuka hati dan pikiran kita betapa jauh di belahan benua lain kita punya saudara-saudara muslim yang jauh di mata namun dekat di hati. Walaupun sebelumnya kita tak saling mengenal, Allah lah yang mempertemukan. Siapa sangka, jauh di desa terpencil di benua Eropa, Hanum dapat bertemu dengan muslimah yang sudah belasan tahun meninggalkan kampung halamannya di Aceh. Sungguh, Allah Maha Besar!
Jangan pernah menganggap satu manusia-yang kauanggap gak penting-yang kita temui dalam hidup, takkan pernah kita jumpai lagi. Setiap mereka adalah jalan keluar. Satu demi satu dari mereka adalah jembatan-jembatan kita dalam mengarungi perjalanan. Mereka adalah malaikat-malaikat Tuhan yang Dia kirim untuk kita. Tak peduli dari mana, apa warna kulit, atau agama mereka. Yang kita kenal jauh sebelum kita sadar bahwa kita mengenalnya.
Kadang saya ingin sekali bertemu lagi dengan orang-orang yang dulu pernah hadir dalam suka dan duka di hidup saya, membuat hidup saya jadi warna-warni. Mulai dari sahabat SD-SMP-SMA, guru-guru SD-SMP-SMA, ustadzah saya sedari SD, wali kelas saya saat kelas 1 SD yang sekaligus menjadi guru les saya dari kelas 2 sampai 6 SD, mamang becak langganan yang sudah seperti keluarga sendiri, yang setia mengantar jemput saya dari TK sampai lulus SMA (kini beliau sudah almarhum), sepupu dan uwak yang pernah tinggal satu atap dengan saya selama lebih kurang dua tahun, tetangga-tetangga yang peduli seperti keluarga sendiri saat saya masih tinggal di Palembang, serta almarhum Yai dan almarhumah Nyai yang belasan tahun membesarkan saya di Palembang.

Kalau Allah mengizinkan, suatu saat saya ingin bertemu kembali dengan mereka dan berkata, "Terima kasih sudah hadir dalam hidup saya, dan telah memberi saya banyak pelajaran tentang perjuangan, kerja keras, persaudaraan, kesederhanaan, keikhlasan, serta pemahaman yang baik, sehingga saya tetap bertahan di sini, di kota ini, yang tak terpikirkan sebelumnya bahwa di sinilah saya akan memulai perjuangan saya mewujudkan cita-cita."


No comments:

 

Warna-Warni Kehidupan Copyright © 2009 Paper Girl is Designed by Ways To Make Money Online | Surviving Infidelity by Blogger Templates