Wednesday, August 13, 2014

Selamat Ulang Tahun, Indonesia

Kalau dianalogikan dengan manusia, saat ini di usianya yang semakin lanjut; 69 tahun, mungkin dia sudah mempunyai banyak cucu. Ya, negara kita, ibu pertiwi kita, tanah tumpah darah kita, Indonesia kini sudah tua.

Alangkah banyaknya sejarah yang sudah tertoreh di negeri ini, banyak pula darah para pahlawan yang tumpah di tanah ini demi memperjuangkan kemerdekaan Indonesia dari tangan para penjajah, yang saat ini sepertinya sudah berhubungan sangat baik dengan kita. Sebut saja Belanda, tak sedikit putra-putri bangsa yang cerdas mendapatkan beasiswa untuk menuntut ilmu di negeri kincir angin tersebut. Berikutnya ada Jepang, yang semakin gencar mengekspor produk-produk buatan negerinya yang tentu saja saat ini sudah akrab dengan masyarakat kita, mulai dari elektronik, alat tulis, film, fashion, hingga makanan. Bukan tak banyak putra-putri bangsa yang kini gemar mencicipi kuliner khas negeri sakura tersebut. Ya, sushi kini tersedia di mana-mana, dari Indonesia bagian barat hingga ke timur.

Tapi, lebih dari itu. Apakah tulisan yang terpampang besar-besar di jalan raya, gapura di lorong-lorong rumah warga, spanduk di kantor-kantor pemerintahan, sekolah, hingga poster-poster digital yang dipasang di gadget penduduk Indonesia seperti Display Picture BBM, Line, Instagram, Path, Twitter, Facebook, serta media sosial lainnya yang menyatakan "HUT Kemerdekaan RI ke-69" benar-benar sudah terjadi? Apakah kita benar-benar sudah merdeka secara nyata?

Jangan-jangan setiap tanggal 17 Agustus di setiap tahunnya kita hanya mengerjakan 'ritual' seperti upacara bendera, yang peserta upacaranya saja masih tidak khidmat, masih tertawa, mengobrol, posisi tidak siap, bahkan ada yang sampai memainkan gadget mereka untuk sekedar berfoto, selfie katanya. Dan yang lebih memprihatinkan lagi peserta yang berkelakuan seperti yang telah saya sebutkan itu adalah mereka para orang dewasa, yang menduduki posisi staf dan dosen di kampus saya, dari berbagai fakultas dan jurusan. Hal tersebut saya saksikan sendiri saat upacara HUT Kemerdekaan RI yang ke-68, 17 Agustus 2013 lalu. Teringat pesan dari guru SD, SMP, dan SMA saya, "Kalau saat upacara saja kita masih 'goyang kanan, goyang kiri', bagaimana rasa nasionalisme kita bisa tumbuh? Tahukah, para pahlawan kita saat akan mengibarkan bendera di upacara kita yang pertama kali, seusai pembacaan proklamasi, 17 Agustus 1945 mereka was-was bukan kepalang takut jika penjajah sewaktu-waktu datang, menyerbu, dan menembak peserta upacara di Jl. Pegangsaan Timur No.56 itu? Ayo, betul-betullah bersikap saat upacara, jangan main-main!"

Semarak hiasan merah putih, mulai dari bendera yang di pasang di depan rumah warga, balon merah putih yang menghiasi pusat perbelanjaan, hingga lomba-lomba 17an yang sering diadakan di sekitar pemukiman warga, apakah hanya pelengkap belaka? Layaknya anak TK yang berulang tahun kemudian pestanya dihiasi dengan balon warna-warni, lalu teman-temannya memberi ucapan "Happy Birthday".

Hmm... Indonesia, maafkan kami yang diusia senjamu masih sering mengimpor beras padahal petani kami mampu menanam padi yang nantinya akan menjadi beras berkualitas baik dan dimasak menjadi nasi yang enak dan pulen. Maafkan kami yang saat pemilihan presiden membuat ricuh, gontok-gontokkan tak berkesudahan, terpecah-belah antara dua kubu, saling merasa benar dan membenarkan, padahal kami tak tahu mana yang sesungguhnya benar dan salah, karena kami bukan Tuhan Yang Maha Tahu. Maafkan kami pula yang sering merusak alam Indonesia, membakar hutan, membunuh satwa-satwa langka demi kepentingan pihak tertentu. Maafkan kami yang mulai goyah, mulai mudah diadu domba oleh asing dengan makin berkembangnya gerakan radikal yang mengatasnamakan agama. Maafkan kami yang saat ini masih sering mengambil yang seharusnya 'bukan hak' kami, korupsi masih merajalela. Maafkan kami yang masih menjadi 'budak asing' di negeri sendiri. Maafkan kami yang masih sering meningkatkan angka kriminalitas di negeri ini, pencurian, perampokkan, pemerkosaan seperti lagu lama yang tak akan pernah usai, anak istri butuh makan selalu menjadi alasan.

Kalau diuraikan satu persatu mungkin tak terhitung sudah dosa kami pada Tuhan dan padamu, Indonesia.
Akhir kata, Selamat Ulang Tahun yang ke-69 Indonesia. Semoga di usia senjamu ini, kau selalu memaafkan anak cucumu yang sering menyiksa dan menyengsarakanmu.

No comments:

 

Warna-Warni Kehidupan Copyright © 2009 Paper Girl is Designed by Ways To Make Money Online | Surviving Infidelity by Blogger Templates