Sunday, August 3, 2014

Pelajaran Berharga

Dengan perasaan yang sudah agak tenang, saya akan membagikan pelajaran berharga yang saya dapat hari ini. Ya, tepat di hari ini, 3 Agustus 2014 Allah kembali memberi peringatan betapa pentingnya berhati-hati.

Pukul 6.00 WIB dari stasiun Surabaya Pasar Turi, kereta api ekonomi Maharani yang saya tumpangi kembali membawa saya menuju kota perantauan tempat saya menimba ilmu, Semarang. Sepertinya hari ini sampai malam nanti akan menjadi puncak arus balik, karena Senin esok orang-orang mulai beraktivitas. Penumpang kereta api cukup ramai, mulai dari yang pergi rombongan hingga yang sendirian. Tua, muda, anak-anak, laki-laki, perempuan semuanya ada. Paling hanya dua-tiga bangku yang kosong, yang kemudian dimanfaatkan oleh penumpang untuk menaruh barang bawaannya. Tanpa sengaja, untuk kedua kalinya saya kembali satu kereta dengan Fathia, teman saya. Sebelumnya, saat berangkat dari Semarang menuju Surabaya kami juga satu kereta.

Tanpa terasa waktu menunjukkan pukul 10.45 WIB. Kereta tiba di stasiun Semarang Tawang. Penumpang pun langsung berdesak-desakkan menuju pintu keluar, tak sabar berlama-lama di dalam kereta. Padahal kereta belum berhenti sempurna. Saya dan Fathia pun bergegas turun dan menuju pintu keluar stasiun untuk mencari taksi. Maklum saja, anak rantau tak ada sanak famili di sini, siapalah yang akan menjemput. Penumpang yang baru turun dari kereta langsung berhamburan, kemudian berjejer menghadang taksi. Alhasil, setelah menunggu cukup lama, kami baru mendapatkan taksi. Perjalanan dari stasiun Semarang Tawang menuju Tembalang sekitar 30 menit. Karena kost kami berlainan, akhirnya Fathia dulu yang diantar barulah saya.

Sesampainya di kost seperti penumpang taksi pada umumnya, saya membayar ongkos sesuai argo yang tertera pada layar. Saya turun dari taksi dan mengambil tas di bagasi. Setelah mengucapkan terima kasih kepada bapak supir taksi, saya langsung menuju gerbang kost. Sembari mengetuk gerbang, iseng-iseng saya merogoh kantong rok saya, "Wah, seperti ada yang kurang. Astaghfirullah, handphone saya tertinggal di taksi!" Saya bergegas memanggil Mas Sugeng dan Ibu penjaga kost, kalau saya ingin meminjam handphone untuk menghubungi handphone saya yang tertinggal itu.

"Nomor yang Anda tuju sedang tidak aktif atau berada di luar service area, cobalah beberapa saat lagi." Begitulah nada yang terdengar dari operator. Saya panik, benar-benar panik. Pikiran-pikiran negatif pun menghantui, saya sempat su'udzon kalau handphone saya itu sengaja diambil oleh bapak supir taksi, alasan saya karena baterainya masih banyak kenapa bisa tidak aktif? Saya mencoba menghubungi handphone saya lagi, nada yang terdengar pun masih sama. Tanpa pikir panjang, saya langsung menghubungi nomor telepon pusat taksi tersebut (untuk area Semarang) bahwa handphone saya dengan ciri-ciri demikian tertinggal di salah satu armadanya, mohon jika ditemukan hubungi ke nomor berikut (nomor Mas Sugeng). Sayangnya, saya lupa kode taksi tersebut, jadi agak sulit mencarinya.

Saya bergegas ke kost Fathia, untuk menanyakan apakah ia ingat kode taksi tersebut. Jawaban yang saya dapat pun mengecewakan, Fathia juga tidak ingat kodenya. Di kost Fathia, saya meminjam handphone nya untuk menghubungi kembali nomor telepon pusat taksi tersebut. Operator mengatakan bahwa pihaknya sudah mem broadcast text message ke semua armadanya di Semarang, namun belum ada yang merespon. Saya kecewa, sedih, bingung. Bukan harga handphone nya yang saya sayangkan, tetapi banyak sekali nomor-nomor penting di dalamnya. Nomor orang tua, keluarga, teman-teman SMP-SMA. Cerobohnya, saya tak mencatat nomor-nomor penting tersebut di tempat lain. Dengan perasaan kecewa, saya kembali ke kost sambil berdoa, "Ya Allah, kalau memang handphone tersebut masih engkau amanahkan untuk hamba, izinkanlah bapak supir taksi tadi mengembalikan lagi pada hamba, tetapi jika tidak jadikanlah hamba ikhlas menerimanya dan hilangkan sifat su'udzon pada hamba."

Tak lama kemudian, ada telepon dari Mas Jono, temannya Mas Sugeng bahwa bapak supir taksi yang mengantar saya tadi sudah menunggu di depan kost untuk mengembalikan handphone saya. Alhamdulillah... Alhamdulillahirobbil 'aalamiin. Tak henti-hentinya saya memanjatkan syukur kepada Allah, akhirnya handphone saya kembali.

Kali ini saya merasa sangat berdosa. Karena sempat su'udzon pada bapak supir taksi tersebut. Astaghfirullahaladziim. Ya Allah, terima kasih atas pelajaran berharga yang Engkau berikan kepada hamba hari ini. Mudah-mudahan bapak supir taksi tadi mendapat banyak penumpang hari ini, orderannya meningkat lebih dari biasanya, murahkanlah rezekinya Ya Allah, karena kejujurannya.

No comments:

 

Warna-Warni Kehidupan Copyright © 2009 Paper Girl is Designed by Ways To Make Money Online | Surviving Infidelity by Blogger Templates